Pages

Kamis, 22 Mei 2014

Makalah PEMIKIRAN PENDIDIKAN AL-GHAZALI DAN IBNU KHALDUN

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan
Beberapa pemikiran Al-Ghazali tentang pendidikan diantaranya adalah:
1.      Transinternalisasi ilmu dan proses pendidikan merupakan sarana utama untuk menyiarkan ajaran Islam, memelihara jiwa, dan taqarrub ilallah.[1]
2.      Ia lebih memegang paham empirisme[2], bahwa seorang anak lebih ditentukan oleh lingkungannya. Hal ini sesuai hadis Rasulullah yang artinya:
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orangtuanyalah yang menyebabkan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau Yahudi (HR. Muslim).
Hadis ini menekankan pada peran orang tua dalam pendidikan anak. Lingkungan selanjutnya setelah lingkungan keluarga juga lingkungan pendidikan dan lingkungan pergaulan. Jika anak diajarkan dan dibiasakan melakukan hal baik, maka ia akan melakukan hal-hal baik, begitupula sebaliknya. Di sinilah pentingnya pendidikan.
3.      Tujuan pendidikan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. [3] Hal ini sesuai firman Allah dalam surat Adz Dzariyat ayat 56.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
4.      Menurut Al-Ghazali, pendidik adalah orang yang berusaha membimbing, meningkatkan, menyempurnakan, dan mensucikan hati sehingga menjadi dekat dengan Khaliqnya. Ia juga menjelaskan ciri-ciri pendidik yang boleh melaksanakan pendidikan, yakni:

a.       Guru harus mencintai muridnya seperti mencintai anak kandungnya sendiri
b.      Guru jangan mengharapkan materi (upah) sebagai tujuan utama dari pekerjaannya (mengajar), karena mengajar adalah tugas yang diwariskan oleh Nabi Muhammad Saw., sedangkan upahnya adalah terletak pada terbentuknya anak didik yang mengamalkan ilmu yang diajarkannya.
c.       Guru harus mengingatkan muridnya agar tujuannya dalam menuntut ilmu bukan untuk kebanggaan diri atau mencari keuntungan pribadi, tetapi untuk mendekatkan diri kepada Allah.
d.      Guru harus mendorong muridnya agar mencari ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu yang membawa pada kebahagiaan dunia dan akhirat
e.       Di hadapan muridnya, guru harus memberikan contoh yang baik, seperti berjiwa halus, sopan, lapang dada, murah hati dan berakhlak terpuji lainnya
f.       Guru harus mengajarkan pelajaran yang sesuai dengan tingkat intelektual dan daya tangkap anak didiknya
g.      Guru harus mengamalkan yang diajarkannya, karena ia menjadi idola di mata anak didiknya
h.      Guru harus memahami minat, bakat, dan jiwa anak didiknya, sehingga disamping tidak akan salah dalam mendidik, juga akan terjalin hubungan yang akrab dan baik antara guru dengan anak didiknya
i.        Guru harus dapat menanamkan keimanan ke dalam pribadi anak didiknya, sehingga akal pikiran anak didik tersebut akan dijiwai oleh keimanan itu[4]
5.      Al-Ghazali menjelaskan bahwa peserta didik adalah makhluk yang telah dibekali potensi atau fitrah untuk beriman kepada Allah.[5] Sehingga disini berarti tugas guru adalah mengarahkan agar potensi ini disalurkan dengan tepat, yakni keimanan kepada Allah Swt.
Menurut Al-Ghazali dalam menuntut ilmu, peserta didik memiliki tugas dan kewajiban yaitu: mendahulukan kesucian jiwa, bersedia merantau untuk mencari ilmu pengetahuan, jangan menyombongkan ilmunya dan menentang guru, mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan[6].
6.      Al-Ghazali membagi ilmu pengetahuan menjadi tiga kelompok, yakni ilmu yang tercela, ilmu yang terpuji, dan ilmu yang terpuji pada taraf tertentu. Sementara dari segi kepentingannya, Al-Ghazali membagi ilmu menjadi 2, yakni ilmu yang wajib/fardhu (ilmu agama, ilmu yang bersumber dari kitabullah) dan ilmu yang fardhu kifayah (seperti ilmu hitung, ilmu kedokteran, ilmu teknik, ilmu pertanian, dll).[7]
7.      Al-Ghazali mengusulkan beberapa ilmu pengetahuan yang harus dipelajari di sekolah ,yaitu:
a.       Ilmu Al-Quran dan ilmu agama seperti fiqih, hadis, dan tafsir
b.      Sekumpulan bahasa, nahwu dan makhraj serta lafadz-lafadznya, karena ilmu ini berfungsi membantu ilmu agama
c.       Ilmu-ilmu yang fardhu kifayah, yaitu ilmu kedokteran, matematika, teknoogi yang beraneka macam jenisnya, termasuk juga ilmu politik
d.      Ilmu kebudayaan, seperti syair, sejarah, dan beberapa cabang filsafat.[8]

B.  Pemikiran Ibnu Khaldun Tentang Pendidikan
Beberapa konsep pemikiran Ibnu Khaldun tentang pendidikan adalah:
1.      Ibnu Khaldun lebih melihat manusia dalam hubungannya dan interaksinya dengan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat[9]
2.      Dalam mencapai pengetahuan yang bermacam-macam, seseorang tidak hanya membutuhkan ketekunan, tetapi juga bakat[10]
3.      Pertumbuhan pendidikan dan ilmu pengetahuan dipengaruhi oleh peradaban[11]
4.      Perbedaan lapisan sosial timbul dari hasil kecerdasannya yang diproses melalui pengajaran[12]
5.      Ibnu Khaldun membagi ilmu pengetahuan menjadi al ‘ulum al-‘aqliyah  dan al-‘ulum al-naqliyah[13]. Yang harus diajarkan pada anak didik adalah ilmu syari’ah, ilmu filsafat, ilmu alat yang membantu ilmu agama, dan ilmu alat yang membantu ilmu falsafah. Al-Quran adalah ilmu yang pertama kali harus diajarkan kepada anak.[14]
6.      Tujuan pendidikan menurut Ibnu Khaldun adalah:
a.       Memberikan kesempatan kepada pikiran untuk aktif bekerja
b.      Memperoleh berbagai ilmu pengetahuan sebagaia alat yang membantu manusia agar dapat hidup dengan baik
c.       Memperoleh lapangan pekerjaan yang dapat digunakan untuk mencari penghidupan[15]
7.      Ibnu Khaldun menganjurkan agar pendidik menggunakan metode mengajar yang menyesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan peserta didik[16]
8.      Ibnu Khaldun menganjurkan agar ta’lim diberikan dengan metode al-qurb wa al-mulayanah yang diterjemahkan Franz Rosenthal menjadi kindly and gently. Ibnu Khaldun menolak metode kekerasan dan kekasaran[17]

C.  Persamaan Pemikiran Pendidikan Al-Ghazali Dan Ibnu Khaldun
Dari pemaparan pemikiran-pemikiran pendidikan Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun yang dipaparkan sebelumnya dapat diketahui persamaan pemikiran pendidikan keduanya, yakni:
1.      Pendidikan memegang peranan penting dalam Islam
2.      Keduanya memegang pendapat empirisme, bahwa manusia lebih dipengaruhi lingkungannya, keluarga maupun masyarakatnya, juga pendidikan.
3.      Pendidik harus mengajarkan sesuatu yang sesuai dengan peserta didik
4.      Yang pertama harus diajarkan pada peserta didik adalah Al-Qur’an

D.   PerbedaanPemikiran Pendidikan Al-Ghazali Dan Ibnu Khaldun
Dari pemaparan pemikiran-pemikiran pendidikan Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun yang dipaparkan sebelumnya dapat diketahui perbedaan pemikiran pendidikan keduanya, yakni:
1.      Pemikiran Al-Ghazali lebih condong pada tasawuf, sementara Ibnu Khaldun lebih kepada sosiologis antropologis
2.      Tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali fokus pada tujuan akhirat, sementara Ibnu Khaldun memperhitungkan aspek keduniaan selain aspek akhirat
3.      Pembagian ilmu bagi Al-Ghazali berdasarkan kemanfaatan dan



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pemikiran pendidikan Al-Ghazali meliputi pentingnya pendidikan, tujuan pendidikan, pendidik dan peserta didik, pembagian ilmu pengetahuan, dan pelajaran yang dianjurkan
Pemikiran pendidikan Ibnu Khaldun meliputi pandangan tentang pendidik dan peserta didik, pembagian ilmu, tujuan pendidikan, metode pendidikan, pelajaran yang dianjurkan.
Persamaan pemikiran keduanya tentang pentingnya pendidikan, empirisme, kesesuaian dengan peserta didik, Al-Qura’an yang pertama kali diajarkan.
Perbedaan pemikiran keduanya dalam hal corak, tujuan, dan pembagian ilmu.



DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abudin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997
Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis. Teoritis dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers. 2002
Suharto, Toto. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2013



[1] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hal: 87
[2] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997) hal: 161-162
[3] Ibid, hal: 162
[4] Ibid, hal: 163-164.
[5] Samsul Nizar, Op.Cit, hal:88
[6] Ibid, hal: 89
[7] Abudin Nata, Op.Cit, hal: 166-167
[8] Ibid, hal: 167
[9] Ibid, hal: 174
[10] Ibid, hal: 175
[11] Ibid
[12] Ibid
[13] Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal: 240
[14] Abudin Nata, Op.Cit, hal 175-176
[15] Toto Suharto, Op.Cit, hal:  241
[16] Ibid, hal: 242
[17] Ibid, hal: 245

0 komentar:

Posting Komentar